Kamis, 06 Juni 2013

KEGIATAN EKONOMI

Diposting oleh desiokvita di 6/06/2013 07:01:00 PM
A. Konsumsi
1. Pengertian Konsumsi
              Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatubarang dan jasa dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan konsumen adalah orang yang mengkonsumsi barang dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebutuhannya. 

2. Perilaku Konsumen dalam Kegiatan Konsumsi
Akibat adanya keterbatasan pendapatan dan keinginan untuk mengonsumsi barang dan jasa sehingga diperoleh kepuasan maksimal, maka muncul perilaku konsumen. Perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam memuaskan keinginan atau kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Dalam teori perilaku konsumen terdapat dua pendekatan utama untuk melakukan analisis mengenai perilaku konsumen dalam menikmati barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya. Dua pendekatan tersebut adalah
pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.

a.  Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Pendekatan kardinal merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subjektif seperti Herman Heinrich Gossen (1854), William Stanley Jevons (1871), dan Leon Walras (1894). Pendekatan kardinal dapat dianalisis dengan menggunakan konsep utilitas marjinal (marginal utility). Asumsi dalam pendekatan ini antara lain:
1)   konsumen bertindak rasional (ingin memaksimalkan kepuasan sesuai dengan batas anggarannya);
2)   pendapatan konsumen tetap;
3)   uang memiliki nilai subjektif yang tetap.
Menurut pendekatan kardinal utilitas suatu barang dan jasa dapat diukur dengan satuan util. Contoh, sebuah raket akan lebih berguna bagi pemain tenis daripada pemain sepak bola. Namun bagi pemain sepak bola, bola akan lebih berguna daripada raket. Beberapa konsep mendasar yang berkaitan perilaku konsumen melalui pendekatan kardinal adalah konsep utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Utilitas total adalah yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara keseluruhan. Adapun utilitas marjinal adalah pertambahan utilitas yang dinikmati oleh konsumen dari setiap tambahan satu unit barang dan jasa yang dikonsumsi.
Sampai pada titik tertentu, semakin banyak unit komoditas yang dikonsumsi oleh individu, akan semakin besar kepuasan total yang diperoleh. Meskipun utilitas total meningkat, namun tambahan (utilitas) yang diterima dari mengonsumsi tiap unit tambahan komoditas tersebut biasanya semakin menurun.
Hal tersebut yang mendasari hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility). Menurut hukum ini jumlah tambahan utilitas yang diperoleh konsumen akan semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa tersebut. Hukum tersebut diperkenalkan pertama kali oleh H.H.Gossen (1810–1858), seorang ahli ekonomi dan matematika Jerman, dan selanjutnya hukum ini dikenal dengan nama Hukum Gossen I.
Sebagai contoh, jika Anda dalam keadaan haus, segelas teh manis atau dingin akan terasa sangat menyegarkan, gelas kedua masih terasa segar, sampai gelas ketiga mungkin Anda merasa kekenyangan bahkan mual. Contoh di atas memperlihatkan turunnya utilitas total sampai pada tingkat tertentu.
Contoh tersebut akan lebih jelas dengan menggunakan data kuantitatif, seperti Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1
Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa utilitas total (TU) meningkat sejalan dengan kenaikan konsumsi, akan tetapi dengan laju pertumbuhan yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal (MU) semakin menurun sejalan dengan adanya kenaikan konsumsi. Jika seseorang mengonsumsi dua unit barang, utilitas marjinalnya adalah 7–4=3 util, dan jika mengonsumsi tiga unit barang, utilitas marjinalnya adalah 9–7=2 util, begitu seterusnya.
Tabel 2.1 dapat digambarkan dalam Kurva 2.1, yaitu sebagai berikut.
Kurva 2.1
Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Dari Kurva 2.1 terlihat bahwa utilitas total meningkat seiring dengan bertambahnya konsumsi, akan tetapi dengan proporsi yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal dari setiap tambahan barang akan menurun sejalan dengan meningkatnya konsumsi.
Selanjutnya kebutuhan manusia tidak hanya terdiri atas satu atau dua kebutuhan, tetapi berbagai jenis kebutuhan. Oleh karena itu, bagaimana manusia dapat mengatur kebutuhannya untuk memuaskan kebutuhan atas berbagai jenis barang atau jasa? Gossen menjelaskan bahwa konsumen akan memuaskan kebutuhan yang beragam tersebut sampai memiliki tingkat intensitas yang sama. Dengan tegas, Gossen menyatakan bahwa konsumen akan melakukan konsumsi sedemikian rupa sehingga rasio antara utilitas marjinal dan harga setiap barang atau jasa yang dikonsumsi besarnya sama. Selanjutnya, pernyataan ini dikenal dengan Hukum Gossen II.
Hukum  Gossen II menunjukkan adanya upaya setiap orang untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhannya berbanding harga barang hingga memperoleh tingkat optimalisasi konsumsinya. Dengan tingkat pendapatan tertentu seorang konsumen akan berusaha mendapatkan kombinasi berbagai macam kebutuhan hingga rasio antara utilitas marjinal (MU) dan harga sama untuk semua barang atau jasa yang dikonsumsinya.


b.  Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
Pendekatan ordinal kali pertama diperkenalkan oleh Francis Edgeworth dan Vilfredo Pareto. Asumsi yang dipergunakan dalam pendekatan ini antara lain:
1)   konsumen bertindak rasional (ingin memaksimumkan kepua- sannya);
2)   konsumen memiliki pola pilihan (preferensi) terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya (pilihan) nilai guna;
3)   konsumen memiliki sejumlah uang tertentu;


4)   konsumen konsisten dengan pilihannya. Jika ia memilih A dibanding B, memilih B dibanding C, maka ia akan memilih A dibanding C.
Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang diperoleh dari mengonsumsi sejumlah barang atau jasa. Selanjutnya konsumsi dipandang sebagai upaya optimalisasi dalam konsumsinya. 
Pendekatan ordinal dapat dianalisis dengan menggunakan kurva indiferen (indifference curve) dan garis anggaran (budget line).

3. Tujuan Konsumsi

1. mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap.
                                     
2.menghabiskan nilai guna barang sekaligus.

3. memuaskan kebutuhan secara fisik.

4.memuaskan kebutuhan rohani



B. Produksi
a.     Pengertian Produksi

Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan kepada upaya-upaya pengaturan yang sifatnya dapat menambah atau menciptakan kegunaan (utility) dari suatu barang atau mungkin jasa.
b.    Tujuan Produksi

Tujuan kegiatan produksi adalah sebagai berikut:

a.       Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga maupun rumah tangga produksi.
b.      Untuk mengganti barang yang rusak (aus) atau barang yang habis
c.       Untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi serta penduduk yang semakin meningkat.
d.      Untuk memenuhi pasar Internasional.
e.       Untuk mendapatkan keuntungan.
f.       Untuk meningkatkan kemakmuran.
g.      Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
h.      Memperluas lapangan usaha.

c.     Faktor-faktor Produksi
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja mansuia, modal dan kewirausahaan.

a.   Sumberdaya Alam






Foto yang menggambarkan pemanfaatan sumberdaya alam, contoh hutan.

              Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam di sini meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti:
- Tanah, tumbuhan, hewan.
- Udara, sinar matahari, hujan.
- Bahan tambang, dan lain sebagainya.

Faktor produksi sumberdaya alam merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di alam langsung.
b.  Sumberdaya Manusia (Tenaga Kerja Manusia)
                  Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang.

Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:
1)  Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal.
Contoh: guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi, peneliti.
2)  Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman.
Contoh: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi.
3)  Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
Contoh: tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.

c.   Sumberdaya Modal
Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan). Di dalam proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.

Modal dapat dibedakan menurut:
1)  Kegunaan dalam proses produksi.
a)  Modal tetap adalah barang-barang modal yang dapat digunakan berkali-kali dalam proses produksi.
Contoh: gedung, mesin-mesin pabrik.
b)  Modal lancar adalah barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam proses produksi.
Contoh: bahan baku, bahan pembantu.
2)  Bentuk Modal
a)  Modal konkret (nyata) adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi.
Contoh: mesin, bahan baku, gedung pabrik.
b)  Modal abstrak (tidak nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihat tetapi mempunyai nilai dalam perusahaan.
Contoh: nama baik perusahaan dan merek produk.

d.  Sumberdaya Pengusaha
         Sumberdaya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.

              Pengusaha berkaitan dengan managemen. Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.





0 komentar:

Posting Komentar

 

Dessy's Social Sciences Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea